Musim tanam di Kalimantong telah di mulai namun petani masih mengeluhkan nasibnya yang memprihatinkan. "Sawah kami mulai kekurangan air pak!!" ujar salah seorang petani setempat. Sawah di Kalimantong bisa disebut sebagai salah satu Lumbung Beras bagi penduduk di Kabupaten Sumbawa Barat.
Sebelumnya sawah-sawah di Kalimantong bergantung pada air irigasi yang dialirkan dari Bendungan Kalimantong yang berada di hulu sungai Brang Ene dan curah hujan yang cukup di akhir tahun. Tapi karena iklim yang mulai tidak menentu dan curah hujan yang tak teratur, membuat persediaan air di Bendungan Kalimantong mulai berkurang dan mengering sehingga tak lagi bisa mengairi sawah-sawah penduduk. Kini petani hanya bisa berharap pada hujan yang biasanya dimulai pada bulan-bulan November hingga bulan Februari.
Mereka terkadang harus berebut hingga menimbulkan pertengkaran antar petani hanya untuk mendapatkan sedikit air yang mengaliri padi-padi mereka demi sesuap nasi bagi istri dan anak-anaknya.
Bantuan traktor yang diberikan Pemerintah setempat belum dapat dimaksimalkan pemakaiannya karena banyaknya petani yang memanfaatkan traktor untuk menggarap lahan mereka sedangkan traktor yang ada hanya 4 unit dibandingkan dengan berhektar-hektar sawah yang harus digarap, sehingga mereka tetap menyewa traktor sewaan untuk menggarap sawahnya. " Lebih baik kami diberi subsidi pupuk atau pembasmi hama tanaman daripada traktor yang pemanfaatannya tidak merata " ungkap seorang petani Palada-nama salah satu areal persawahan yang ada di Kalimantong-.
Harapannya, Pemerintah setempat lebih memperhatikan kebutuhan mereka," kami tak menginginkan fasilitas yang mewah, kami hanya ingin dapur kami tetap mengepul dan istri anak kami tetap bisa makan. Kami hanya bergantung dengan hasil padi yang kami tanam ini " ungkapnya lagi.
Tak hanya masalah air, mereka juga sangat mengharapkan kebijakan Pemerintah yang lebih berpihak kepada petani, yaitu dalam menetapkan harga gabah. Tak jarang mereka harus menanggung kerugian yang besar akibat permainan harga gabah di pasar. Pemerintah membeli gabah dari petani dengan harga murah. Namun saat beras dijual kembali ke pasaran harga bisa melonjak drastis, tidak sesuai dengan kerugian yang ditanggung petani.
Sampai kapan mereka harus mengeluh dan menjeritkan nasibnya, tulikah telinga kita dengan kondisi sodara-sodara kita???
WAHAI PENGUASA....
by : komedi-ksb
0 komentar:
Posting Komentar